Sabtu, 10 Desember 2011

EL CLASICO : Antara Gengsi dan Harga Diri


Sejak awal kompetisi nasional dimulai, pertemuan klasik " El Clasico " Real Madrid versus Barcelona seringkali dipandang sebagai pencerminan/wakil dari dua daerah berbeda di Spanyol: Catalunya dan Castilla, serta dari dua kota. Persaingan ini mencerminkan berbagai hal, termasuk ketegangan politik dan budaya antara Catalunya dan Castilla yang merupakan gambaran umum dari Perang Saudara Spanyol yang berlangsung dari 17 Juli 1936 hingga 1 April 1939, dimana Jenderal Franco Sang Diktator merupakan orang dibalik kesuksesan Real Madrid. Disamping itu persaingan dua kota ini sudah terjadi sejak akhir 1800 dimana perbedaan budaya dan politik membuat hubungan kedua kota Katalunya dan Madrid ini meruncing. Akibatnya, sepakbola juga mendapat imbas dari persaingan ini.

Sepanjang sejarah pertemuan klasik Real Madrid dan Barcelona, keduanya silih berganti menguasai La Liga, nama Barca dan Madrid terlanjur dicap sebagai raksasa Spanyol, walaupun di beberapa kesempatan ada tim-tim yang berhasil mencuri Trophy Liga Primera seperti Valencia,Deportivo La Coruna, Atletico Madrid.

Dari awal bergulirnya kompetisi Spanyol, rivalitas Madrid dan Barcelona terbentuk dengan sendirinya. Kedua tim sama-sama mewakilkan Castile dan Catalonia, dua wilayah yang memang memiliki unsur kuat dalam sepakbola bahkan kadar rivalitas ini semakin melebar ke semua skala kultur, sosiologi, dan politik yang memaksa kedua kubu selalu bertolak belakang. Madrid adalah pusat pemerintahan Spanyol dan rumah keluarga kerajaan. Seisi kota masuk ke dalam pemikiran sentralisme. Sebaliknya, ide-ide yang terbentuk di era modern, merebak di region Katalunya, terutama Barcelona. Budaya fashion baru, bentuk pakaian, rumah mode, filosofi, dan seni masuk lewat Barcelona.

Semasa kepemimpinan Jenderal Francisco Franco, segala identitas kedaerahan dibatasi. Kemudian muncul oerang saudara pada era 1930-an. Seorang tokoh Barcelona Josep Sunyol, pengacara, jurnalis, politikus, yang juga menjadi Presiden Barca, diculik dan dibunuh tentara Franco.Di arena sepakbola, Madrid dan Barca terlibat perebutan pemain Alfredo Di Stefano, Bintang Tanggo yang pindah warga negara Spanyol. Real Madrid sukses mendapatkan Alfredo di Stefano, sekaligus sukses menyabet sederet gelar, pada era tahun 50-an.

Latar belakang panjang inilah yang menyebabkan laga El Clasico selalu panas, sengit dan keras. Dan pagi ini, ternyata rivalitas ini berlanjut saat Real Madrid menjamu Barca di Santiago Barnabeu. Rekor 11 kemenangan beruntun di La Liga musim ini, Los Galacticos atau tim penuh bintang Real Madrid ternyata dihancurkan Barcelona dengan skor telak 1 - 3. Dan hasil pertandingan pada pekan ke-17 pagi ini membuat Barcelona mengkudeta Real Madrid untuk sementara duduk di puncak klasemen dengan nilai sama-sama 37 tetapi Barca lebih unggul pertemuan Head to Head. Rivalitas keduanya akan terus berlanjut tentu dengan intrik-intrik dan permainan yang semakin indah untuk ditonton, Madrid masih mempunyai 1 sisa pertandingan dan hal tersebut tentu menjadi keuntungan sendiri bagi Los Galacticos untuk mengejar nilai Barca.

Saya pribadi sebagai pecinta El Barca tentu akan terus berharap Blaugana terus memetik kemenangan dan mempersembahkan piala untuk kebesaran Bangsa Catalunya. Dan apakah pertandingan El Clasico pagi ini akan menentukan Siapa pemilik tahta La Liga musim ini serta Siapa yang akan menyabet Ballon d' Or dan Pelatih Terbaik FIFA 2011 ? Kita tunggu saja laga-laga selanjutnya, tapi dari catatan statistik keduanya ditambah hasil El Clasico pagi ini sepertinya Ballon d' Or dan Pelatih Terbaik Versi FIFA 2011 tidak jauh-jauh dari TEAM BARCELONA.

VISCA El BARCA !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar